100. Yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, tempat mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā, dan hanya Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup itu.
101. Artinya, "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali". Kalimat ini dinamakan kalimat istirjā (pernyataan kembali kepada Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā). Disunahkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.
102. "Syiar-syiar Allah" ialah tempat-tempat beribadah kepada Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā.
103. Tuhan mengungkapkan dengan perkataan "tidak ada dosa" sebab sebagian sahabat merasa keberatan mengerjakan sai di situ, karena tempat itu bekas tempat berhala. Dan di masa jahiliah pun tempat itu digunakan sebagai tempat sai. Untuk menghilangkan rasa keberatan itu, Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā menurunkan ayat ini.
104. Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā mensyukuri hamba-Nya, memberi pahala terhadap amal-amal hamba-Nya, memaafkan kesalahannya, menambah nikmat-Nya, dan sebagainya.
105. Mengadakan perbaikan, berarti melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik untuk menghilangkan akibat-akibat yang jelek dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan.